-->

Ads (728x90)

Lipuk Warga Desa Tinjul, Singkep Barat, Lingga Sedang Mengikis Rotan Untuk Digunakan Mengikat Daun Jakas Menjadi Kajang (Fhoto : Infolingga.com)
LINGGA, Infolingga.com – Seorang  warga Desa Tinjul Kecamatan Singkep Barat Lingga, Lipuk (62) memiliki aktifitas sehari-hari sebagai pembuat Kajang yaitu tempat untuk menjemur ikan bilis atau ikan teri.

“Kerjaan membuat kajang ini sudah saya tekuni selama belasan tahun dan merupakan mata pencarian keluarga saya,” kata Lipuk saat ditemui Senin (5/6/2017). 

Lipuk mengakui ia menekuni pekerjaan sebagai pembuat Kajang lantaran tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilakukannya di usianya yang sudah cukup tua.

“Usia saya sudah tua, kondisi fisik saya tidak bisa kerja berat lagi, “ jelasnya

Bahkan, dikatakan Lipuk, untuk mengambil daun jakas sebagai bahan untuk membuat kajang di hutan kadang kewalahan lantaran dari rumahnya ke hutan jaraknya sekitar satu jam perjalanan.

Selain daun jakas, lanjut Lipuk, bahan lain yang dibutuhkan untuk pembuatan kajang tersebut adalah kayu kecil bulat, rotan.

Daun yang bisa dipakai untuk membuat kajang itu daun yang sudah tua kemudian dipotong lalu dikumpulinnya lalu dibawa ke rumahnya bersama kayu kecil bulat dan rotan.

Proses pembuatan kajang ini cukup lama, hampir setengah bulan itupun jika cuaca bagus tetapi jika cuaca kurang bagus maka proses pembuatannya bisa memakan waktu selama satu bulan.

Untuk satu kajang, Lipuk menjualnya kepada pedagang pengumpul dengan harga satu buah Rp 15 ribu,-

“Saya menjual kajang ini kepada toke, pak Ajam satu lembar Rp 15 ribu,-," jelasnya.

Walau dijual dengan harga Rp 15 ribu, kata Lipuk, tetapi pekerjaan ini mampu menghidupi keluarganya.

Sementara itu Kepala Desa (Kades) Tinjul, Rustam mengatakan sangat mendukung profesi Lipuk tersebut. 

“Setahu saya pak Lipuk itu bersama istrinya sudah lama menekuni pekerjaan sebagai pembuat Kajang alat untuk kemuran ikan bilis,” katanya
 
Untuk membuat kajang itu, kata Rustam, dibutuhkan orang sabar dan tekun lantaran proses pembuatan kajang itu sedikit ribet.
 
“Untuk membuat Kajang itu, kita harus sabar lantaran sedikit ribet untuk mengikat satu persatu daun jakas itu dengan tali rotan,” jelas Rustam.
 
Rustam sangat salut dengan Lipuk, lantaran bisa memamfaat sumber daya alam menjadi bernilai ekonomis seperti daun jakas itu.
 
“Daun jakas itu kalau dibiarkan dihutan akan kering dan membusuk menjadi dan tidak memiliki nilai ekonomis, namun oleh Lipuk dan keluarganya daun jakas itu dibuatnya menjadi Kajang dan ia menjualnya sampai satu truck,” katanya.
 
Dalam waktu dekat ini, dikatakan Rustam, ia bersama pegawainya akan melakukan survey dan akan menghimbau kepada seluruh desa Tinjul khususnya warga yang tidak memiliki pekerjaan agar belajar membuat Kajang sehingga ia bersama instansi terkait akan memasarkan Kajang itu keluar daerah kabupaten Lingga.
 
“Pembuatan kajang itu bisa dijadikan salah satu handalan penghasilan desa Tinjul, saya harap seluruh masyarakat desa Tinjul bersedia mempelajarinya sehingga kajang dapar diproduksi dalam jumlah yang besar keluar daerah Lingga seperti kota Batam,” kata Rustam dengan nada semangat.
 
Kajang itu, katanya, suatu barang yang tidak memiliki masa kadarluarsa atau barang yang tidak akan ketinggalan jaman asal tidak rusak dapat digunakan untuk menjemur ikan bilis.
 
“Selagi masih ada kelong di laut, orang akan tetap membutuhkan kajang,” jelasnya
 
Kajang itu tidak hanya bisa digunakan untuk menjemur ikan bilis, tetapi dapat juga digunakan untuk menjemur bahan makanan lainnya seperti kerupuk.
 
(Mis)

Posting Komentar