-->

Ads (728x90)

Share Artikel ini | Redaksi News Kamis, September 05, 2024 A+ A- Print Email

Bupati Lingga Bersama Istri Hadiri Kegiatan Tradisi Mandi Safar di Desa Resun
Bupati Nizar memandikan seorang anak yang mengikuti kegiatan Mandi Safar di Masjid Al Hidayah Desa Resun, Rabu, (04/09/2024) (Jhoni /Realitamedia.com)


By Jhoni
LINGGA, Realitamedia.com - Bupati Lingga Muhammad Nizar bersama Ketua TP PKK Kabupaten Lingga Maratusholiha Nizar hadiri kegiatan tradisi Mandi Safar di Masjid Al Hidayah Desa Resun. Rabu, (04/09/2024)

Tradisi Mandi Safar adalah kegiatan mandi dan doa bersama yang dilakukan pada hari Rabu yang terakhir di Bulan Safar setiap tahunnya.

“Tujuan Mandi Safar adalah menghindari dan menolak lebih dari 3000 bala yang diturunkan Allah pada Bulan Safar, maka diadakanlah doa bersama dan Mandi Safar. Dengan dibacakan doa dan dimandikan agar anak-anak kita lebih baik sifat dan tingkah lakunya,” kata Bupati Lingga.

Mandi Safar sendiri adalah suatu tradisi religius Masyarakat Melayu Kabupaten Lingga yang sudah turun temurun dilaksanakan, dan juga menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Kabupaten Lingga yang bertujuan untuk menolak bala dengan memohon kepada Allah SWT supaya dijauhkan dari segala bala bencana dunia dan akhirat,.

Dilanjutkan Nizar, selain sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya, kegiatan ini juga menjadi momen kebersamaan masyarakat untuk berdoa demi keselamatan bersama.

“Mandi Safar telah menjadi salah satu ikon tradisi lokal yang tidak hanya dipertahankan sebagai ritual keagamaan, namun juga sebagai aset budaya yang berharga bagi Kabupaten Lingga,“ katanya.

Bupati mengapresiasi masyarakat setempat, baik tua maupun muda, yang turut berpartisipasi dalam tradisi ini dengan penuh antusias. Prosesi mandi dilakukan dengan cara menyiramkan air yang telah didoakan, yang diyakini dapat membawa berkah dan melindungi dari marabahaya.

Sebagai salah satu tradisi penting, lanjut Nizar, Mandi Safar tidak hanya menjadi simbol religiusitas masyarakat Melayu di Lingga, tetapi juga bentuk kecintaan terhadap budaya yang telah diwariskan oleh leluhur.

“ Tradisi ini diharapkan dapat terus dilestarikan oleh generasi muda sebagai wujud kebanggaan terhadap identitas budaya daerah,” tambah Nizar

Menurut Nizar, Mandi Safar adalah bukti nyata bahwa kearifan lokal dan nilai-nilai religius mampu berjalan beriringan, menjadi kekuatan untuk menghadapi tantangan zaman. Tradisi ini menjadi salah satu peristiwa yang selalu dinantikan oleh masyarakat, khususnya di Desa Resun, sebagai momen untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan mempererat tali silaturahmi antar warga. (JH)


Editor : Patar

Posting Komentar